Sabtu, 27 Mei 2017

ICoASL (International Conference of Asian Special Libraries)

 

Pada tanggal 10-12 Mei UIN Sunan Kalijaga mengadakan sebuah pertemuan dengan beberapa negera di dunia ini. Kira-kira ada 15 negara yang datang ke Indonesia khususnya di kampusku UIN Sunan Kalijaga tercinta. Acara yang istimewa ini dinamakan ICoASL (International Conference of Asian Special Libraries) yang bertemakan Curation and Management of Cultural Heritage through Libraries : Challenges and Opportunities in the Digital Society. Sesuai dengan tema diatas yakni berkaitan dengan ilmu perpustakaan serta budaya yang ada di Indonesia. Bahkan yang berpartisipasi dalam acara tersebut yaitu dosen dan mahasiswa dari jurusan ilmu perpustakaan tersebut. Dalam acara tersebut tentunya perlu adanya pembentukan panitianya. Nah sebagai ketuanya yaitu Ibu Dra. Labibah, M.Lis. Beliau sebagai Dosen jurusan Ilmu Perpustakaan di Fakultas Adab dan Ilmu Budaya sekaligus menjabat sebagai Kepala Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kerenn bukan ?? Tidak hanya Ibu Labibah sendiri yang menjadi panitia, namun dibantu oleh beberapa mahasiswa Ilmu Perpustakaan dari semester 2, 4, 6 dan 8. Persiapan yang dilakukan sangat panjang demi lancarnya acara tersebut. Lokasi acara  tersebut berada di CH (Convention Hall UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Untuk memeriahkan acara ICoASL tersebut dari mahasiswa Ilmu Perpustakaan S1 maupun D3 juga berpartisipasi besar dalam memeriahkan acara tersebut dengan adanya pameran permainan tradisional. Acara ICoASL tersebut juga termasuk dalam mata kuliah IDKS (Informasi Dalam Konteks Sosial). Jadi perkuliahan diganti dengan persiapan memeriahkan acara ICoASL selama kira-kira dua minggu. Dalam satu kelas dibagi menjadi empat kelompok yang mana masing-masing kelompok terdiri dari sepuluh orang. Karena terdapat dua kelas maka ada delapan kelompok. Ditambah lagi dari organisasi HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) sehingga totalnya terdiri dari sembilan stand. Masing-masing stand memamerkan permainan tradisionalnya yang ada di Indonesia dengan warna yang berbeda. Mereka saling berlomba nenampilkan yang terbaik untuk memeriahkannya. Stand dihias dengan berbagai macam bentuk dan rupa sesuai tema. Nahh untuk kelompokku sendiri kami beri nama Basarnas yang memiliki makna Badan Sar Nasional, namun dalam konteks ini berarti menyelamatkan permainan tradisonal yang hampir punah. Karena di zaman modern ini telah tergantikan permainan modern dari gadget. Padahal menurutku sendiri permainan tradisional lebih memiliki makna dan kebahagiaan tersendiri bagi yang memainkannya daripada permainan modern. Oleh karena itu kami seluruh mahasiswa ingin memamerkan permainan tradisional kepada dunia luar. Kembali lagi ke kelompok basarnas... bahwa kelompokku memamerkan permainan yang berasal dari pohon kelapa. Namun karena disarankan memamerkan tiga permainan maka kelompok kami memilih permainan Jelangkung, Egrang batok kelapa, dan Terompet janur. Seperti inilah stand Basarnas. .

                         
                                Basarnas saat dikunjungi tokoh luar  negeri  
                    

 Permainan tradisional egrang batok kelapa dan terompet janur

Tugas kami selaku mahasiswa Indonesia yang memamerkan permainan tradisional yaitu menjelaskan permainan tersebut serta mempraktekkan bagaimana cara memainkan permainannya. Tentunya kami harus mampu berbahasa Inggris dalam menyampaikan informasi kepada pengunjung. Tidak hanya itu saja, kami juga memberikan kenang-kenangan berupa sticker cantik. Untuk lebih jelasnya berikut adalah penjelasan dari permainan tradisional kelompok Basarnas.

1.      Egrang Batok Kelapa
Sejarah
Permainan egrang batok ini berasal dari provinsi Sulawesi selatan. Permainan ini dimainkan oleh suku Bugis yang awalnya mengenal permainan ini dengan nama Majjeka. Majjeka berasal dari kata jeka yang berarti jalan. Ada juga sumber yang mengatakan bahwa permainan ini lahir dari budaya masyarakat Sunda Bogor yang agraris. Permainan ini dibuat dari tempurung kelapa yang dipadu dengan tali plastik atau dadung. Permainan egrang ini juga sangat populer di daerah Jawa. Di jawa permainan egrang batok kelapa ini dikenal dengan nama jejangkungan. Permainan ini biasanya dijadikan sebagai salah satu ajang perlombaan, misalnya saja perlombaan hari kemerdekaan Republik Indonesia.
Cara memainkan
Cara memainkan egrang batok kelapa ini sangat sederhana, alat peraga dikaitkan pada jempol kaki layaknya ketika memakai sandal jepit. Kemudian kedua tangan memegang tali seirama menariknya ketika kaki melangkah. Meskipun sederhana, dalam memainkannya perlu keseimbangan tubuh, selain itu dibutuhkan kekompakan gerak tangan dan kaki untuk bisa berjalan menggunakan egrang batok kelapa dengan sempurna.

2.      Terompet Janur
Sejarah
Sejarah terompet belum diketahui secara pasti, namun bukti adanya terompet yang telah berumur ribuan tahun yang memberikan hipotesis bahwa terompet adalah alat musik yang paling tua di dunia. Dimana awalnya terompet terbuat dari tulang burung yang berguna sebagai alat musik dalam seremoni ketika akan berperang atau ritual keagamaan pada masanya. Dan sejak zaman reinassance terompet mulai digunakan sebagai alat musik. Kemudian sejak awal abad ke 20 terompet mulai memberikan makna tersendiri saat digunakan. Dibuat menggunakan kertas tebal, daun kelapa, dll.
Cara memainkan
Cara memainkan terompet janur cukup mudah hanya dengan menempelkan bagian ujung terompet ke mulut lalu meniupnya.

3.      Jelangkung
Sejarah
Asal penggunaan istilah diduga berhubungan dengan sebuah kepercayaan tradisional Tiomghoa yang telah punah.Ritual ini adalah tentang adanya kekuatan Dewa “Poyang” dan “moyang” yaitu Cay Lan Gong (dewa keranjang) dan Cay Lan Tse yang dipercaya sebagai pelindung anak-anak. Oleh orang Jawa, permainan jelangkung dikenal dengan sebutan “Nini Thowong” atau “Nini Thowok”. Permainan ini tdak hanya dikenal sebagai permainan tradisional anak-anak, tapi juga dilakukan sebagai usaha menjaga keselamatan desa dan menolak bala. Untuk tujuan tersebut ritual ini dilakukan bukan oleh anak kecil, melainkan orang dewasa.
Cara memainkan
Biasanya permainan jelangkung dimainkan oleh tiga orang, yaitu dua orang yang memegang boneka jelangkung, dan pawang yang membaca mantra. Permainan ini kebanyakan dilakukan ditempat yang diyakini angker dan biasanya diwaktu senja. Dalam perkembangannya, permainan ini menjadi cuku sederhana, dapat dilakukan cukup hanya dengan menggunakan jangka dengan gambar lingkaran lengkap dengan huruf abjad yang tergambar dalam kertas, dan diiringi suatu mantra sederhana. Permainan ini juga memiliki macam bahasa, mantra versi bahasa Indonesianya adalah

Jelangkung jelangsat,
Di sini ada pesta, pesta kecil-kecilan
Jelangkung Jelangsat
Datang tak diundang, pulang tak diantar

            Penjelasan diatas hanyalah salah satu stand dengan deskripsi permainan tiga macam, masih banyak lagi permainan yang dipamerkan oleh teman yang lain. Namun disini saya hanya akan menunjukkan beberapa foto saja.


                                         Bapidak, Battle of spinach flower, gathengan    
  

                                                           Battle of spinach flower


                                           Stand Krambil    
                
                                      

                                       Permainan Bekelan
          



Permainan Egrang          
                    
            Pada malam harinya ada beberapa acara yang menarik dan sangat menghibur. Acara dibuka setelah isya’ dengan beberapa penampilan. Pertama kalinya dibuka dengan sambutan dari Ibu Labibah sebagai panitia dalam acara ini. Setelah itu ada penampilan tari kuda lumping yang dibawakan oleh lima orang dengan satu perempuan. Tarian yang ditampilkan sangat bagus. Selain itu ada tarian poco-poco, dan penonton pun mengikuti gerkan poco-poco tersebut. Tak lupa juga perwakilan dari masing-masing stand pameran menjelaskan tema pameran yang dipamerkan dan menyebutkan pula permainannya dengan menggunakan bahasa Inggris.Untuk mendukung acara tersebut dari panitia meyediakan angkringan gratis bagi pengunjung serta peserta ICoASL. Mereka dapat menikmati makanan dan minuman yang dijajakan seerti yang dijalanan sekitar Yogyakarta seperti wedang ronde, jagung, kopi, gorengan, nasi, dan lain-lain. Bagi yang belum makan di malam hari dapat menikmati semua makanan dan minuman yang ada sambil melihat penampilan-penampilan di panggung. Penampilan tidak hanya dari warga kampus UIN sendiri lohh. Ada juga penampilan dari wakil orang India yaitu menyanyikan lagu Kuch kuch hota hai dan Tere liye. Saat itulah para penonton bersorak-sorak kegirangan sambil menirukan lagu yang dibawakan oleh orang India asli.



Penampilan orang India
    
    Penjual jagung, kacang dan ubi rebus    

           
Penjual wedang ronde

            Setelah melihat bacaan dan gambar diatas, kita bakalan seperti mengkuti acara ICoASL tersebut kan, hahaha. Itu semua baru sebagaian saja yang aku jelaskan. Sebenarnya masih ada permainan dan penampilan lebih banyak lagi. Namun karena keterbatan media yang ada maka cukup segitu saja. Semoga yang membaca ataupun hanya melihat gambarnya dapat menambah wawasan bagi kita semuanya. Aminn.

 #ICOASL2017
#LibraryScience
#IDKS
#UINsuka





 

NURI'S BLOG Published @ 2014 by Ipietoon

Blogger Templates